Makkah -
Layanan safari wukuf bagi jemaah haji lanjut usia (lansia) dan disabilitas telah selesai. Petugas haji yang melayani jemaah lansia peserta safari wukuf pun berbagi cerita dan pengalaman mereka selama masa persiapan hingga pasca-safari wukuf lansia.
Sebagai informasi, ada 477 jemaah haji lansia yang menjadi peserta safari wukuf lansia dan disabilitas. Mereka merupakan jemaah haji yang mengalami masalah mobilitas atau keterbatasan gerak hingga kondisi lain yang berpotensi mempersulit wukuf, seperti demensia.
Jemaah lansia tersebut diinapkan di hotel transit sekitar 10 hari. Mereka masuk ke hotel beberapa hari menjelang wukuf dan dipulangkan setelah seluruh jemaah haji menuntaskan prosesi lempar jumrah pada hari tasyrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para lansia ini diinapkan di sejumlah kamar yang berisi tiga hingga lima orang. Mereka dilayani sekitar 100 petugas, yang setiap petugas bertanggung jawab melayani lima jemaah.
Petugas haji Tony Hartanto dan Yuni Puspita Sari. (Haris/detikcom)
detikcom pernah mengunjungi hotel transit lansia jelang wukuf pada 3 Juni atau dua hari menjelang wukuf. Saat itu, sebagian jemaah lansia terlihat hanya bisa duduk atau terbaring. Mayoritas jemaah lansia itu harus menggunakan kursi roda. Ada pula jemaah demensia yang sulit diajak berkomunikasi dan terus berjalan-jalan di lorong hotel.
Salah seorang petugas safari wukuf, Yuni Puspita Sari, bercerita dia dan kelompoknya kebagian melayani dua jemaah haji lansia yang menderita demensia. Yuni mengatakan satu jemaah, yang mereka sapa Nenek Rudi, merupakan orang yang sangat aktif dan sering melakukan hal-hal tak terduga.
"Beliau itu sehat badannya tapi demensia. Istilahnya kadang on kadang off. Beliau sering kali ambil barang-barang dari jemaah lain dan uang-uang jemaah lain. Itu semua dibuang ke sampah. Jadi kami benar-benar siaga 24 jam," ucap Yuni di Makkah, Jumat (13/6/2025).
Tenaga ahli fraksi Gerindra DPR RI ini mengatakan jemaah itu disapa Nenek Rudi karena kerap memanggil orang sebagai 'Rudi' yang merupakan anaknya. Yuni menyebut dirinya dan petugas lain sempat menghadirkan orang yang seolah-olah Rudi agar lansia itu tenang.
"Kami ada teman ngaku Rudi. Dia iya-iya aja. Pernah kami video call petugas, tapi itu lampunya dimatikan jadi gelap dia pegang HP kami bilang itu itu Rudi, biar tenang gitu. 'Ini Rudi'. Oh iya katanya," ucapnya.
Dia mengatakan jemaah tersebut juga pernah mengambil kunci kamar dan dibuang atau ditaruh secara acak di kamar-kamar lain. Yuni juga mengatakan Nenek Rudi itu pernah masuk ke kamar jemaah laki-laki, bahkan dua kali hendak kabur dari hotel.
"Aktif banget. Dua kali turun mau kabur," ucapnya.
Petugas haji yang melayani jemaah lansia. (Haris/detikcom)
Dia mengatakan ada juga jemaah demensia lain yang dirawat para petugas. Dia mengatakan setiap jemaah punya karakter masing-masing sehingga harus diberi penanganan berbeda.
"Mereka sadar. Tapi nggak sadar yang mereka lakukan," ucapnya.
Dia juga bercerita ada jemaah lansia yang merupakan hafiz Al-Qur'an dan setiap hari membacakan ayat-ayat untuk menenangkan jemaah lain. Yuni menyebut ada juga jemaah lansia yang kadang bicara dengan bahasa Inggris seolah lagi berpidato.
"Meskipun kami diuji kesabaran. Tapi ya pas melepas mereka ke hotel Makkah ya nangis juga," ujarnya.
Petugas lainnya, Tony Hartanto, mengatakan dirinya pernah dipukul seorang jemaah lansia penyandang disabilitas netra. Dia mengatakan jemaah asal Lamongan itu sangat mudah marah dan merasa bangunan hotel itu gedung rumah sakit yang dia bangun.
"Kalau ngamuk, pernah itu dia remas punya kita. Kalau dilarang sedikit jangan masuk kamar perempuan dia marah-marah. Kalau didiamin, dia juga ngamuk. Kita ditonjok," ujar Tony.
Dokter di Rumah Sakit Aisyiyah Kudus ini mengaku sempat heran kenapa jemaah tersebut bisa memukul meski tidak bisa melihat. Dia menyebut jemaah itu sebenarnya pergi dengan pendamping, yakni istrinya, tapi dititipkan ke safari wukuf.
Tony mengatakan temannya juga...

6 months ago
34
























