MUI Jabar Kritik Keras Pembagian Bir Saat Event Lari di Bandung

4 months ago 7
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online

Bandung -

Pembagian bir kepada peserta dalam ajang lari nasional Pocari Run 2025 di Kota Bandung beberapa hari lalu menjadi sorotan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menyayangkan kejadian itu.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar menilai peristiwa itu tak hanya keliru dari sisi etika dan agama, tapi juga memberikan pesan yang membingungkan bagi masyarakat luas, terutama umat Islam.

"Kalau soal membagikan bir, itu satu tindakan yang salah menurut saya. Itu tidak boleh terjadi sebetulnya, walaupun ada yang mengklaim bir itu di bawah 20 persen kadar alkoholnya," ujar Rafani saat diwawancarai, dilansir detikJabar, Rabu (23/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi tetap aja bir itu sudah punya konotasi minuman keras, jadi nggak boleh. Dalam Islam, sesuatu yang sudah punya konotasi yang diharamkan itu nggak boleh," sambungnya.

Menurut Rafani, pendekatan terhadap hal-hal yang berbau syubhat atau abu-abu secara hukum Islam harus dijauhi. Ia mencontohkan fenomena nama-nama makanan ekstrem yang dulu sempat populer, seperti bakso setan. Meski halal, hal itu perlu ditinggalkan karena nama dan konotasinya menyimpang dari nilai-nilai keislaman.

"Baksonya mungkin halal, tapi kalau namanya pakai setan, itu sudah jelas musuh. Dalam Al-Qur'an setan itu musuh yang nyata, dan perlakukanlah sebagai musuh. Sama halnya dengan bir, meskipun mungkin kadar alkoholnya rendah, tetap aja haram diminum itu karena sudah punya konotasi haram," tegasnya.

Lebih jauh, Rafani menyoroti penyelenggaraan acara yang terlalu menonjolkan nama brand dibanding identitas lokal. Ia menyayangkan penggunaan nama event yang seolah-olah menutupi peran Kota Bandung atau Jawa Barat sebagai tuan rumah.

"Mestinya acara lari itu bukan mengatasnamakan perusahaan. Namanya kan Pocari Run, seharusnya yang dikedepankan itu nama kota, misalnya Bandung Run atau Jawa Barat Run. Di mana-mana juga gitu, seperti Borobudur Marathon," ujar Rafani.

Ia pun menilai pemerintah daerah seharusnya lebih tegas menjaga identitas dan marwah publik dalam event-event besar seperti ini. "Ini kan seolah-olah perusahaan mengeksploitasi pemerintah daerah. Fasilitas pemerintah dipakai, tapi malah dominasi brand," ungkapnya.

Baca selengkapnya di sini.

Simak juga video: Anies Ungkit Lagi Gagal Jual Saham Bir: Uangnya Rp 1 T di Situ

(idh/imk)

Read Entire Article